Senin, 01 Juni 2009

Tugas Penulisan Berita

Tajuk rencana.
Demokrat Mencari Kekasih Politik
Demokrat merupakan salah satu partai politik yang akan maju kemedan politik pilpres dengan menjunjung ketua mereka yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai orang yang dipercaya untuk menjadi seorang presiden. Dulu SBY mempunyai kekasih politik Jusuf Kalla yang diangkat dari Golkar yang kini meninggalkannya yang juga ingin maju sebagai calon presiden.
Demokrat mencari dan memilah mana yang pantas dan cocok untuk menjadi pendamping setianya sebagai calon wakil presiden di pemilihan tahun ini. SBY sudah banyak sekali melakukan penjajakan dan perundingan resmi dengan para parpol lain untuk mendapatkan kekasih yang diinginkan. Kebingungan untuk berkoalisi ini membuat banyak isu yang kurang mengenakkan dengan cara saling menyinggung parpol lain.
Siapa kekasih politik SBY yang akan diajak maju ke pelaminan meja politik pada panggung demokrasi di Indonesia adalah merupakan pertanyaan besar bagi masyarakat. Seperti yang telah disampaikan bahwa sepertinya tidak mungkin SBY kembali bersanding dengan JK. Pencarian SBY akan tetap berlanjut untuk mencari pendongkrak suara agar tetap menjadi presiden lima tahun kedepan. (Diah Pita Sari/153070319 )

Hard News
Umbul-Umbul Semrawot, Masyarakat Mawot
Banyaknya partai politik-partai politik baru yang bermunculan membuat meningkatnya jumlah calon legislatif dari berbagai partai politik dan memiliki idealisme yang berbeda pula. “Banyaknya atribut parpol sangat mengangu keindahan jalan yang menjadi tampak semrawut dan tidak rapi, rakyat seperti saya ini makin mumet parpol mana yang kelak bial terpilih tidak mbleot dari janjinya yang dia umbar saat pemilu seperti saat ini” ujar Suhardadi satpam UPN “veteran” kampus II Babarsari ini dengan sedikit bingung.
Menurut bapak yang sedikit berkumis ini cirri pemimpin yang baik untuk masyarakat yaitu pemimpin yang dapat mengayommi masyarakat, tegas, bertanggung jawab dan yang penting tidak korupsi uang rakyat kecil. Golput merupakan pilihan bagi mereka yang tidak mau salah langkah. “Golput mungkin bukan alternatif pilihan yang baik karena satu suara kiata dapat menentukan nasib bangsa, sebagai mahasiswa saya mendapat mata kuliah komunikasi politik yang menyadarkan kita untuk tidak golput” cetus Niken mahasiswa UPN Jurusan komunikasi ini. Selain itu menurutnya pemimpin yang berkualitas itu pemimpin yang orangnya bisa mengambil keputusan yang tepat, menjadi panutan, seorang leader, dan tidak punya sikap.
“Para parpol telah memperkosa hak masyarakat untuk mendapatkan keindahan karena umbul-umbul tidak penting dan sebenarnya tidak efektif ” ujar mahasiswa ini dengan gaya yang menggebu-gebu. (Diah Pita Sari/153070319 )

Soft News
Ribetnya, mencontreng
Pemungutan suara dengan mencontreng pada Pemilu 2009 menjadi persoalan tersendiri bagi masyarakat lanjut usia (lansia). Bagi masyarakat yang buta huruf dan masyarakat pedesaan ini kendalanya lebih banyak, apalagi kurangnya sosialisasi dari pihak yang berwenang.
“Saya ini tidak tahu bagaimana mencontrengnya, saya juga tidak bisa membaca” kata Priyono (60), warga Babarsari. Bapak Priyono saat kami temui sedang melaksanakan aktifitasnya sebagai jasa ambil sampah disekitar Babarsari ini mengatakan saat pemilu yang sebelum-sebelumnya ia terbiasa mencoblos. Sosialisasi mencontreng pun dia belum paham benar dan masih terlihat bingung. Jadi menurutnya orang-orang sepertinya membutuhkan sosialisasi agar suaranya tidak terbuang sia-sia.
Dita Anggraini (22) mahasiswi Atmajaya jurusan komunikasi, mengatakan memanga sepertinya pemerintah sangat minim melakukan sosialisasi. Selaku mahasiswa perguruan tinggi saja dia mengakau kurang paham bagian mana yang dicontreng karena belum adanya sosialisasi di kampusnya. Seharusnya sosialisasi disampaikan diperguruan tinggi yang kemudian mereka ini bisa menyampaikan pada keluarga mereka cara mencontreng yang sah. (Diah Pita Sari/153070319)

Feature
Perjuangan Hidup Simbah Tenggok
Bringharjo merupakan tempat untuk menopang kehidupan mereka sebagai lahan untuk mengais rezeki bagi sebagian masyarakat Yogyakarta. Murinem (65) warga Blunyah Mesan, Sinduadi, Mlati, Sleman ini salah satu warga Yogyakarta yang mencari uang untuk menyambung hidup sebagai penjual kacang rebus, ubi rebus, pisang rebus dan makanan tradisional lain yang ditenggok dan digendong.
Alat transportasi beliau bukan kendaraan bermotor ataupun becak melainkan mengandalkan kakinya sendiri untuk mencapai rumah dan pasar Bringharjo “kula niki mboten seneng nek numpak motor-motoran, kula wedhi, bola-bali wong jireh mbak(saya ini tidak suka naik kendaran bermotor, saya takut, namanya orang penakut) ” katanya sambil tertawa. Penghasilan yang tidak seberapa ini tetap membuatnya semangat karena demi anak dan cucunya.
Setiap hari beliau melakukan perjalanan lebih dari 7 km. Pagi-pagi buta sekitar pukul 05:00 beliau berangkat dari rumahnya untuk membeli bahan mentahnya di pasar Kranggan yang kemudian dibawa pulang dan direbus yang dibantu oleh anak dan cucunya, sekitar jam 11:00 siap berangkat lagi ke pasar Kranggan beliau istirahat dan berjualan disitu sampai pukul 14:00 dan dilanjutkan lagi sampai Bringharjo dan pulang paling lambat pukul 22.00. Sebelum pulang tidak lupa membawa oleh-oleh untuk anak dan cucunya yang menanti dirumah.
Usianya sudah lanjut dan badan rentanya itu beliau tetap semangat dan tidak mau berhenti untuk bejualan walaupun anak-anaknya sudah melarang. “Kula niki sering diandani anak-anakku kon rasah dodolan dikon neng omah momong putu neng kula seneng neng paran(saya sering dinasehati anak saya disuruh untuk tidak jualan dan dirumah jaga cucu tapi saya senang di pasar)” ujarnya sambil mengusap keringat dikeningnya. (Diah Pita Sari/153070319)



Opini
Mahalnya kampanye
Kampanye pada pemilu legislatif tahun2009 ini mengucurkan dana yang tidak sedikit. Banyak parpol yang menggeluarkan uang samapi ratusan juta bahkan lebih untuk menduduki kursi panas anggota DPR baik daerah maupun pusat. Dana ini dikeluarkan untuk menarik masyarakat untuk ikut dalam kelompoknya saat berkampanye.
Masyarakat yang ikut serta akan mendapatkan bensin dan juga uang sekitar Rp50.000-Rp30.000. Secara logika apakah para calon legislatif ini bila menduduki kursi tersebut tidak akan berusaha mengembalikan uang yang dipakai kampanye dengan jalan korupsi? Dapat kita tinjau bahwa banyak sekali anggota legislatif yang korupsi. Seharusanya uang tersebut tidak dihambur-hamburkan dengan percuma, masyarakat tidak lagi bodoh dan suara mereka disogok dengan uang yang tidak seberapa.
Hal itu sudah sangat wajar dalam dunia politik yang kotor. Akan tetapi kenapa hal seperti itu tidak ditindak lanjuti, bukannya itu merupakan pelanggaran dalam berkampanye atau pihakl yang berwajib juga telah meneriam uang kotor tersebut. Kita seharusnya menyadari hal yang sangat kotor dan memalukan ini. (Diah Pita Sari/153070319)
Surat Pembaca
Mahalnya biaya pendidikan , Apakah jaminan mutunya seimbang
Mahalnya biaya pendidikan saat ini membuat sebagian orang sulit untuk meneruskan kejenjang yang lebih tinggi. Dengan dinaikannya biaya pendidikan seharusnya menambah mutu yang ada paada setiap instansi pendidikan yang ada. Tetapi jarang sekali baiaya yang melambung tinggi akan melambungkan mutu pendidikan.
Banyak sekali dana-dana yang digunakan sebagai alasan. Biasanya alasan yang sering digunakan yaitu dengan istilah “uang gedung dan meningkatkan sarana prasarana sekolah” akan tetapi tidak ada peningkatan dalam hal sarana dan prasarana ataupun sebagai perbaikan gendung yang hanya menjadi alasan semata.
Mutu pendidikan saat ini sangatlah penting karena Indonesia harus memajukan kualitas masyarakatnya untuk dapat bersaing dengan negara yang berada diatas kita. Dengan mutu pendidikan yang baik tentunya akan mendapatkan masyarakat yang berkualitas. (Diah Pita Sari/153070319)

Kolom
Hak asasi perempuan menjadi isu utama
Karena diusung oleh caleg perempuan yang ada
Hak asasi perempuan dijadikan menu utama
Inilah startegi yang ada dalam wacana
Saat ini wong cilik jadi raja
Kehidupannya selalu dimanja
Kesulitan yang ada nampak tiada
Agar mereka mendapatkan suaranya
(Diah Pita Sari/153070319)

Pojok
Biaya pendidikan perguruan tinggi naik sangat mahal
-Artinya, orang miskin akan tetap menjadi bodoh dan terkucil
Yogyakarta berusaha menghidupkan pasar tradisional
-siapa yang perlu dipojokkan
Polisi kadang melanggar peraturan lalulintas
-siapa yang wajib menindak
(Diah Pita Sari/153070319)

Kolom

Totalitas Total Football

Berita Bola: London - Total Football bagi saya adalah sistem permainan sepakbola yang paling menarik. Tetapi memahami Total Football ternyata tidak segampang yang saya duga.

Berulangkali membaca berbagai literatur dan artikel sepakbola, susah menemukan penjelasan mengapa dan bagaimana Total Football muncul. Hanya dengan memahami mengapa dan bagaimana, kita bisa memahami esensi tentang sesuatu.

Dian Retno Isworo

153070352

POJOK

Gunungkidul berhasil berswasembada beras.
  • Hebat, tapi waspada musim kemarau.
Bupati Kebumen memilih netral dalam Pilpres 2009.
  • Semua pejabat pemerintah sebaiknya netral.
Pemilh Pilpres 2009 di Kabupaten Magelang bertambah ribuan orang.
  • Demam pilpres sudan menggejala. Yang belum kaosnya.

Dian Retno Isworo
153070352

FEATURE NEWS

TATANG, PEMBUAT TIMAH PANCING

Dari Hobi Jadi Profesi

Tak banyak orang berhasil menekuni bidang usaha yang berawal dari hobi, atau berawal dari hobi kemudian menjadi profesi. Salah satunya dilakukan Andreas Tatang YP (42). Berkat hobi mancing, kini ia menjadi produsen timah pemberat pancing dan mata pancing khusus ikan bawal.

Namun hobi dan usahanya tetap berjalan beriringan, bahkan omsetnya mencapai 2 ton timah per bulan. Selain toko peralatan pancing di DIY, area pemasarannya membentang dari Sragen hingga Cilacap. Sedangkan pancing bawal buatannya (rangkaian mata pancing dan kawat neklin), dijual dalam kemasan yang menggunakan merek dari inisial namanya 2T. Untuk sambilan, Tatang juga membuka kios peralatan pancing kecil-kecilan yang diberi nama omah pancing dirumahnya.

Pria yang akrab disapa Tatang ini juga cukup terampil mereparasi berbagai jenis rel sebagai kelengkapan memancing. Banyak kliennya yang datang langsung ke rumahnya yang merangkap sebagai workshop. Bahkan, sering pula menerima limpahan order servis rel dari beberapa toko pancing di Yogya. Selain itu, Tatang kerap menerima pesanan pembuatan joran pancing (costum rod), mulai dari joran pendek bertangkai bambu hingga joran panjang untuk memancing di laut dari bahan graphit, karbon dan fiberglass. Joran buatannya terkenal rapi dan kuat, tak kalah gengsi disandingkan joran buatan pabrik.

Tatang mengaku mulai gemar memancing di laut sejak berusia 20 tahun. Sedangkan usaha memproduksi timah dan mata pancing baru 11 tahun ini berjalan. Keberaniannya memproduksi timah pancing berawal dari kesulitan memperoleh timah pemberat untuk rangkaian pancing laut ukuran 80 grm hingga 100 grm.

Pengalaman yang diperoleh selama bertahun-tahun menekuni hobi mancing pun diterapkan. Mulailah mengutak-atik bongkahan tembaga untuk dijadikan cetakan timah. Setelah bongkar pasang hingga belasan kali, akhirnya berhasil membuat cetakan timah dalam berbagai ukuran.

Dian Retno Isworo

153070352

OPINI
Membangun Citra Politik di Era Cyber

IKLAN politik mengalami pertumbuhan pesat pasca reformasi 1998. Berbagai partai politik (parpol) saling berlomba untuk mengiklankan diri dalam pemilu pertama pasca jatuhnya Orde Baru di tahun 1999. Tidak seperti di masa sebelumnya, parpol lebih memiliki kesadaran berkomunikasi dengan menggunakan biro iklan sebagai konsultan iklannya, seperti yang dilakukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang mempercayai Matari sebagai konsultannya, serta Partai Amanat Nasional (PAN) yang menggunakan Fortune untuk menggarap iklannya.
Fenomena ini kemudian semakin massif di tahun 2004 dan 2009. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai suara terbanyak menjadikan persaingan antar calon anggota legislatif (caleg) bukan hanya dengan caleg dari partai yang berbeda, namun juga dengan partai yang sama. Sayangnya keputuasan MK yang berhimpitan dengan masa kampanye membuat para caleg kelihatan menjadi panik, setidaknya hal ini terlihat dari iklan mereka yang dibuat secara tidak terkonsep.
Yang fatal lagi, periklanan seolah dipandang sebagai satu-satunya media untuk mengkomunikasikan ide dalam melakukan komunikasai politik. Metode komunikasai politik yang lain yaitu kehumasan (public relations), padahal menurut Brian McNair dalam bukunya “Introduction to Political Communication”, metode komunikasi politik melalui periklanan memiliki kelemahan, yaitu ‘propaganda’, ‘bias’, dan parsial. Dalam iklan, pesannya dianggap politis, merefleksikan kepentingan, ide dan nilai pemasangnya. Muncul pandangan bahwa bentuk komunikasi yang lain mungkin lebih efektif dalam tranmisi pesan. McNair mengemukakan bahwa free media menjadi pilihan, dimana kita merujuk pada space dimana aktor politik dapat memperoleh ekspos tanpa harus membayar.
Keuntungan dari free media adalah ekspos dari politisi dibangun atas awareness dari audiens yang kelihatan lebih ‘hidup’, sesuatu yang lebih bermakna daripada iklan politik yang direkayasa (manufactured). Sebuah contoh menarik adalah apa yang pernah dilakukan oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher dengan menggunakan cara ini dengan tampil di acara musik Jimmy Young Radio Show di BBC di tahun 1980-an. Penampilan ngepop perempuan besi ini kemudian melambungkan namanya di kalangan pemilih pemula di Inggris dan serempak bukan hanya kalangan konservatif yang memilihnya, namun juga melebar pada pihak lain di luar kalangan konservatif.
Perilaku politik ini sebenarnya juga disadari oleh para aktor politik di Indonesia, terutama di masa Pemilihan Presiden tahun 2004, saat untuk kali pertama rakyat Indonesia memilih Presiden secara langsung. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara aktif melakukan kegiatan menjual citranya dengan secara telaten datang ke berbagai acara publik, terutama yang diekspos media, seperti kedatangannya di Akademi Fantasi Indonesia (AFI) yang ditayangkan oleh Indosiar dan saat itu merupakan tayangan reality show dengan rating tertinggi.
Bukan sekedar datang, SBY juga memakai pakaian yang kasual, dengan memakai jaket kulit sebuah penampilan yang mengesankan dirinya sebagai Presidennya anak muda. Pilihan yang ternyata tidak meleset, karena popularitas SBY meroket dengan tajam dan rakyatpun memilihnya menjadi presiden, dan mengalahkan Megawati Soekarnoputri, padahal Megawati saat itu didukung oleh Koalisi Kebangsaan yang memiliki kekuatan nyaris dua kali kekuatan Koalisi Kerakyatan yang mengusung SBY.
Dalam perkembangannya, McNair menyatakan bahwa humas politik menjadi ‘service industry’ yang memfasilitasi komunikasi politik diantara partai politik, kandidat dan publik, mendesain dan memproduksi publisitas dan propaganda, mencari dana, memberi nasehat dalam kebijakan dan presentasi dan poling opini publik, singkatnya bisa disebut sebagai ‘manajer panggung dan penulis kreatif dari teater politik yang hidup’. Apa yang dikemukakan oleh McNair ini kelihatan dalam pemilu legislatif yang baru lewat. Partai Demokrat dengan kebijakan populisnya mendapatkan pemberitaan yang cenderung positif, seperti pemberitaan tentang Bantuan Langsung Tunai (BLT), pembagian kompor gas dan yang paling populis adalah penurunan harga BBM.
Terlepas dari krisis ekonomi global, yang menyebabkan harga minyak mentah dunia turun secara drastis yang kemudian menyebabkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terkoreksi, penurunan harga BBM menjadikan pemilih mengingat selalu keberhasilan pemerintahan SBY. Tidak aneh jika kemudian di masa kampanye, presiden, wakil presiden dan beberapa menteri saling klaim keberhasilan pemerintah, seperti yang dilakukan Menteri Pertanian, Anton Aprianto dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengklaim swasembada beras sebagai keberhasilannya.
Namun yang perlu digarisbawahi, free media memungkinkan adanya kesalahan (failure). Sebuah contoh menarik adalah saat debat Presiden Amerika Serikat tahun 1976, Gerald Ford salah ucap dengan menyebut Polandia sebagai bukan bagian dari blok Soviet.
Kesalahan tersebut menhancurkan citranya dengan tercitrakan media sebagai orang bodoh. Akhirnya Ford kalah dari kompetitornya Jimmy Carter, ini juga serupa yang dialami Megawati saat menyerang kebijakan BLT, karena bukannya simpati yang diterima Megawati namun justru kecaman bertubi-tubi.
Munculnya group di Facebook berlabel Katakan Tidak Untuk Megawati dengan keanggotaan yang konon paling pesat untuk sebuah group dari Indonesia menjadi pertanda dari kejatuhan citra Megawati akibat blunder yang dilakukannya sendiri. Opini publik ini kemudian membuat PDI Perjuangan banting stir dengan membuat iklan yang justru malah mendukung kebijakan BLT.
Ini seharusnya menjadi kaca benggala bagi para aktor politik untuk lebih memperhatikan perilaku politik mereka, karena perkembangan media cyber web 2.0 seperti facebook, menjadikan free media menjadi semakin susah dikendalikan oleh para aktor politik. Publik menjadi bebas untuk menyuarakan apapun melaui jejaring sosial, baik mendukung aktor politik tertentu atau justru malah menjatuhkan aktor politik yang bersangkutan.
Dalam humas politik di era media online sekarang ini, peran konsultan yang memberikan rekomendasi kebijakan di bidang kehumasan sekaligus juga melakukan riset agar kebijkan kehumasan sejalan dengan kebijakan politik dari partai politik dan caleg menjadi semakin signifikan. Kesimpangsiuran informasi dan ketidak samaan informasi akan membuat citra dari kandidat bersangkutan akan menurun.
Kehumasan yang dikesankan sebagai sesuatu yang dilakukan secara sadar akan membuat apa yang dicitrakan menjadi jauh lebih alamiah dibandingkan dengan aktifitas periklanan. Namun demikian keduanya bukan sesuatu yang saling bertolak belakang, justru keduanya saling melengkapi.

Dian Retno Isworo
153070352

TAJUK RENCANA

Pilpres Tak Sekedar Memburu Kekuasaan

ISU ekonomi sangat menonjol dari cetusan capres-cawapres. Sehingga mengundang kesan nilai jual ekonomi untuk kampanye nampaknya sangat tinggi.

Setiap 100 penduduk Indonesia, terdapat 15 orang miskin atau secara total ada 35.000.000 penduduk miskin menurut perhitungan Badan Pusat Statistik tahun 2008. Tapi sejumlah politisi, lembaga swadaya masyarakat dan para peneliti memperkirakan jumlah penduduk miskin di Indonesia jauh lebih besar dibanding angka resmi yang selama ini muncul. Selain itu 70 persen dari 35 juta penduduk miskin di Indonesia memiliki hak pilih, namun diragukan apakah suara mereka cukup kuat untuk menekan berbagai kebijakan yang semestinya mengangkat hidup mereka.

Krisis finansial yang melanda dunia dan berimbas ke Indonesia belum berlalu. Angka penganguran akibat PHK, akibat pabrik-pabrik bangkrut terus meningkat. Di negara yang selama ini disebut negara maju, yakni Jepang, sudah muncul keluh kesah yang dibuai kebimbangan akan masa depan akibat PHK. Tapi jaminan sosial di negeri matahari terbit itu lebih baik dibanding Indonesia. Selain itu gelombang PHK di Jepang tak menimbulkan krisis sosial meski puluhan ribu orang yang terkena PHK melancarkan demo.

Jika perekonomian suatu negara maju, memang ada harapan jumlah penduduk miskin berkurang. Sehingga kini muncul berbagai resep ekonomi, bahkan menjadi polemik, dan bisa menghangatkan suasana menjelang pilpres, karena masalah ekonomi jadi senjata unggulan dalam kampanye. Masalah ekonomi jadi komoditi untuk mengangkat diri dan untuk menyodok pesaing.

Tapi, kemajuan ekonomi tak mungkin hanya bersandar pada teori atau sistem ekonomi. Sebab, faktor non ekonomi bisa mengurangi pertumbuhan ekonomi, seperti bencana alam, kriminalitas, jaminan sosial, keadilan, jaminan rasa aman dan sebagainya. Tak sedikit negara yang dinaggap maju perekonomiannya, tapi angka kriminalitasnya tinggi. Bahkan kemelut politik terbukti bisa mempengaruhi perekonomian. Jika rasa aman dan kriminalitas makin menurun, akan bisa berdampak pada masalah ekonomi. Sedangkan penciptaan rasa aman akan membuat orang bisa menjalankan perekonomian dengan baik, sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya.

Sejarah mengajarkan, konflik yang berbau SARA di beberapa tempat di Indonesia telah menghancurkan perekonomian masyarakat yang kehilangan rasa aman. Untuk itu, sangat urgen jika para capres-cawapres menyampaikan konsep penanganan masalah keamanan, karena rakyat ingin mengetahuinya dan secara otomatis akan mampu mempengaruhi pemilihan masyarakat.

Diakui atau tidak, opini publik selalu menyebut pilpres sebagai upaya meraih kekuasaan. Dengan mengemukakan masalah ekonomi, akan memberi kesan humanistik dan memberi makna bahwa kekuasaan dalam demokrasi adalah amanah rakyat untuk menciptakan kemakmuran, keamanan, dan kesejahteraan seluruh rakyat.

Siapapun yang terpilih jadi capres-cawapres harus bisa menjadi penolong bagi kesusahan rakyat. Para menteri dan kabinetnya harus terdiri dari orang-orang yang tak hanya pintar tapi juga humanis.

Dian Retno Isworo

153070352

Jumat, 29 Mei 2009

OPINI

Negara demokrasi tampa pemimpin.

Setelah Komisi Pemilihan Umum menolak disalahkan pemerintah menolak bertanggung jawab, bahkan menuduh rakyat ikut andil dalam kekisruhan daftar pemilih tetap .Keadaan ini seakan menampilkan wajah sebuah negeri tanpa tuan. Jika semua penanggung jawab kebijakan publik cuci tangan, kita sedang dalam sistem negara demokrasi tanpa tuan?
Pemilu dalam kerangka negara demokratis merupakan ajang para pemimpin mendapat legitimasi atas kekuasaannya. Namun, ia bukan sekadar masalah jumlah suara. Legitimasinya terkait soal bagaimana jumlah suara itu diperoleh. Ia terkait nilai-nilai yang diperjuangkan.
Kekacauan daftar pemilih tetap mencederai salah satu nilai dasar yang ingin ditegakkan dalam demokrasi, yakni kedaulatan rakyat. Aturan pemilu legislatif yang lalu gagal memaksimalkan partisipasi warga untuk menggunakan hak politiknya terkait nilai-nilai dasar yang ingin dijamin dalam kehidupan publik pada masa mendatang. Pemerintah seharusnya penjamin proses itu.
Absennya penanggung jawab untuk menjamin kepentingan umum mengingatkan lemahnya usaha menghayati demokrasi. Hannah Beech memperlihatkan pengamatan yang mengesan praktik demokrasi di Asia. Menurut dia, banyak negara Asia berlomba mengadakan proses demokratisasi pemerintahan, mendukung nilai-nilai ideal demokrasi, tetapi belum meninggalkan mentalitas yang bertentangan dengan demokrasi.
Mentalitas itu misalnya tampak dalam kepercayaan naif rakyat terhadap moralitas pejabatnya dengan memberikan kuasa kepada mereka tanpa kontrol Indonesia tampaknya tidak luput dari bentuk demokrasi yang demikian.
Demokrasi yang sejati melibatkan aneka prosedur yang dilandasi nilai dan terarah pada kepentingan umum. Pengakuan akan hak politik (baca: hak memilih) tidak cukup hanya tertulis dalam UUD 1945. Hak demokratis itu mengandaikan adanya penanggung jawab yang menjamin pelaksanaannya. Karena itu, sebuah demokrasi sejati hanya mungkin terlaksana dalam sebuah negara di mana hukum berfungsi. Sebuah demokrasi tanpa nilai-nilai yang dijamin dalam negara hukum akan dengan mudah berubah menjadi totalitarisme terbuka, sebagaimana terjadi dalam sejarah (Yohanes Paulus II, Centesimus annus, 1991).
Kesan kurang tanggapnya para pemimpin untuk mengemban tanggung jawab publik sering disaksikan saat rakyat dilanda bencana. Dalam bencana, sering terjadi sikap saling melempar tanggung jawab antarpejabat dan antarinstansi pemerintahan berhadapan dengan urusan publik. Kejadian itu menampakkan betapa kurang disadarinya keberpihakan negara pada kepentingan umum sebagai nilai utama demokrasi.
Saat rakyat bertanya, untuk apa pemilu? Apa manfaatnya bagi rakyat? Di sana negara dan kehadirannya diragukan kegunaannya. Klaim kemenangan golput sekitar 30 persen dalam pemilu legislatif (Kompas, 14/4) menjadi tanda peringatan kaburnya peran negara bagi rakyatnya. Bila keadaan itu masih diperparah dengan arogansi dan cuci tangan pejabat dalam memikul tanggung jawab bagi kepentingan publik, kita dapat bertanya, masih perlukah negara? Bila masih perlu, kita prihatin, mengapa negara ini seakan berjalan tanpa


Minati arta
153070326

Kamis, 07 Mei 2009

feature news

Total Demi Hidup


Lima orang dalam setiap berjalan memang menghabiskan waktu dalam sehari demi mencari uang untuk hidup bersama. Tidak ada modal akademi maupun ilmu yang pernah ditimba. Begitulah gambaran realita kehidupan lima penari jathilan yang berada ditempat yang berpindah pindah, tapi kali ini mereka berada di emper jalan Malioboro dengan busana bak penari jathilan lengkap dengan riasan diwajah.

Hasbun (19th), Bada(17th), Rahmat ( 19th), Feri(20), dan Agung ( 22) adalah kelima penari Jathilan yang sedang istirahat dipinggir jalan. Rahmat bertutur bahwa hanya inilah kemampuan yang dapat mereka banggakan demi mencari uang tambahan. semua dari mereka hanya orang desa Bantul yang mencari uang di kota. Mereka berkata daripada hanya meminta-minta lebih baik mereka beraksi menjadi penari, uangnya dapat dan orang yang melihatpun terhibur. uang yang mereka dapatkan pun jumlahnya tidak seberapa untuk lima orang. Paling hanya cukup untuk makan seminggu satu orangnya, itupun mereka juga tidak bisa menabung.

Tidak hanya dipinggir jalan, mereka biasanya juga menari dilampu merah saat lampu merah berhenti. itupun tidak semua pengguna lampu merah memberikan uang. padahal mereka sudah total kostum dan riasannya. Mereka biasa mulai menari dari jam 9 pagi sampai menjelang magribh, dalam sehari hanya dua tempat saja yang mereka kunjungi. " kalo pindah-pindah terus capek mbak bawa alatnya dan jalannya, jadi paling tidak dua tempat saja, seperti hari ini di emper jalan Malioboro dan lampu merah kantor pos situ saja", berikut penuturan Hasbun dengan keringat yang bercucuran.

Jadi demi mencari uang tapi tidak hanya minta saja, kelompok ini harus total dalam mencari uang, paling uang yang mereka dapat selain untuk makan ya untuk beli alat rias wajah mereka, agar lebih elok dan total.

Intan Octaviani Purnamasari
153070202

Tajuk Rencana

Koalisi Menjadi Ajang Narsis PARPOL

Partai Golkar pada Pemilu tahun 2009 ini sangat menunjukkan bahwa mereka tidak mau berkoalisi lagi dengan partai Demokrat. begitu juga dengan PArtai demokrat yang menunjukkan keangkuhanya dengan berdiri sendiri tanpa didampingi partai Golkar. mengapa hal ini terjadi? mengapa paa partai Golkar percaya diri maju tanpa Demokrat. padahal koalisi apik yang ditunjukkan oleh dua partai ini terbukti dapat memajukan pemerintahan Indonesia pada periode 2004-2009.
Apakah Para Parpol tidak ingin berkoalisi lagi atau ingin menunjukkan kebesarannya sebagai calon pemimpin pemerintahan. tidak hanya dua parpol besar tersebut yang maju, tetapi hampir semua parpol ingin menjadi yang utama, sehingga mereka tidak butuh koalisi.
dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan pada parpol diatas. adakah suatu solusi terbaiknya.
Partai demokrat misalnya amat bangga dan percaya bahwa partai ini dapat melangkah lagi di Pilpres tahun ini. masyarakatpun banyak yang menjagokan partai demokrat jadi pemimpin, minimal dua periode dipimpin Partai berwarna biru ini. SBY lah yang akan memimpin kembali Indonesia, pada pemilihian calon Legislatif kemarin memang demokratlah yang unggul. bagaimana dengan kemimpinan partai golkar? Jusuf Kalla yang tetap ingin unggul tanpa menggandeng lagi Demokrat yang sangat antusias menjadi nomer satu dibuktikan bahwa dengan pemilihan legislatif kemarin hanya berada pada posisi kedua. Maka dari itu Golkar sangat ingin menjadi nomor satu engan janji-janji demi memajukan bangsa.
apa yang akan menjadi solusi dengan terjadinya adu narsis para Parpol ini. hanya koalisi yang apik dan pasangan yang mampu bekerjasamalah yang dapat menjadikan suatu sistem pemerintahan yang solid dan tidak adu narsis lagi, karena rakyat bukan sebagai taruhan Parpol, dan rakyat tidak perlu Parpol yang narsis, yang mengagungkan kepercayaan diri, karena yang dibutuhkan rakyat adalah bukti, realita, dan kesejahteraan hidup di ndonesia.

Intan Octaviani P
153070202

Selasa, 05 Mei 2009

Koalisi Minus Regenerasi

Pemilihan Presiden yang akan dilaksanakan 8 Juli 2009 semkain hangat dibicarakan. Partai Demokrat yang telah meraih suara terbanyak yaitu 20 %, cukup menarik perhatian para pesaingnya. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Calon Presiden dari Partai Demokrat tentu harus mengadakan seleksi ketat untuk mencari pendampingnya. mau tidak mau, partai senior yang telah beranjak lebih dulu, seperti Golkar dan PDI Perjuangan, harus berpikir keras untuk menyalip Demokrat yang semakin hari semakin menarik hati masyarakat.

Sama halnya seperti Demokrat, ke 2 partai besar tersebut layaknya kontestan kompetisi yang sibuk kanan kiri mencari partner koalisi. Bagaimana Jusuf Kalla yang telah memutuskan untuk "bercerai" dari kolaisinya bersama partai Demokrat, mencari pendampingnya sebagai Wakil Presiden. Begitupun dengan Megawati Soekarno Putri, mantan Presiden yang masih bersemangat berpartisipasi dalam kancah perpolitikan. Beliau dengan lugas melemparkan umpan ke partai-partai guna mengantisipasi koalisi-koalisi yang mungkin akan semakin membuat partainya tersingkirkan.

Dari mulai bermunculannya nama-nama baru yang dianggap layak dijadikan partner koalisi, hingga kembalinya nama-nama lama yang seolah mengisyaratkan minusnya regenerasi calon pemimpin. Prabowo Subiantoro dan Wiranto merupakan 2 tokoh yang sekiranya hanya akan menambah deretan opini masyarakat serta pertanyaan ambigu rakyat yang kebingungan dengan peta koalisi pemimpin negeri ini.

Kalaupun sang kandidat menyuarakan " Lanjutkan!" harus menang, betapa pilihan pendamping ataupun saingan yang hanya itu-itu saja, cukup menjadi dilema tersendiri. Fenomena seperti ini tentu menimbulkan pandangan yang bersifat individu yang keluar dari pemikiran masyarakat langsung, yang pada akhirnya masyarakat harus mengingat-ingat kembali sepak terjang kandidat-kandidat lama tersebut, agar sang pemimpin selanjutnya bisa menjadi pasangan yang saling bekerja sama dalam membangun negeri ini, ke arah yang lebih baik tentunya.



Magdalena W Siahaan
(153070335)

TAJUK RENCANA

PARPOL SIBUK BERKOALISI, RAKYAT JADI TARUHAN

Euforia pemilu mulai memasuki babak demi babak. Jelang pilpres 8 juli 2009 mendatang, parpol-parpol sibuk mencari koalisi agar bisa menjadi yang nomor satu. Haruskah nasib bangsa ini dipertaruhkan demi pemburuan kekuasaan para elite politik?

Beberapa parpol mulai sibuk berkoalisi sana -sini menjelang pemilihan presiden yang akan dilaksanakan juli mendatang. Setelah sembat mengalami kebimbangan , akhir nya partai golkar memilih menghentikan koalisi nya dengan partai demokrat.

“Perceraiaan” Sby-JK banyak disayang kan beberapa pihak, mengingat hasil dari

Pemilihan umum legislatif yang di selenggarakan 9 april 2009 lalu, dimana partai demokrat meraih 20% suara, sementara partai golkar menempati nomor urut ke dua

perolehan suara terbanyak setelah partai demokrat yaitu 14 % suara.Dan hal ini banyak di nilai berbagai pihak agar koalisi antara partai golkar dan demokrat bisa diteruskan..

Namun,wakil presiden Jusuf kalla yang juga merupakan ketua umum partai Golkar malah mencalonkan diri menjadi capres dan menggandeng wiranto dari partai hanura sebagai cawapresnya dalam dalam pemilu 2009 ini.Sementara SBY juga sudah mengantongi sosok yang akan mendampingi nya dalam pemilu mendatang, walaupun

ia belum secara pasti mennyebutkan nama sosok tersebut. Sementara beberapa partai lain seperti PDI-P,PPP,PAN, PKS,Gerindra dan partai lain nya , masih bingung menentukan akan berkoalisi dengan partai yang mana.

Sangat disayang kan para tokoh politik berlomba-lomba ingin menjadi yang nomor satu , lebih mengutamakan egoisme masing-masing, dan bersikap seolah ia paling pantas memimpin Negara ini. Harus nya para elite politik yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa ini, bisa menjadi contoh yang baik baik masyarakat yang dipimpin nya,memiliki moral yang baik, bersaing secara professional dengan menghargai pesaing-pesaing lain nya, bukan dengan saling menjelek-jelekan. Dan yang paling utama adalah, para calon pemimpin tersebut harus mengutamakan kepentingan rakyat, bukan hanya semata-mata berburu kekuasaan.Karena pada dasar nya, kekuasaan adalah itu adalah untuk kepentingan rakyat.Jika semua ingin jadi pemimpin, bagaimana nasib rakyat nya?

MINATI ARTA

153070326

Senin, 27 April 2009

feature news

Semangat dalam Keterbatasan

“Walaupun kami tidak dapat melihat, kami tidak mau berdiam diri di rumah menunggu belas kasihan dari para tetangga dan keluarga kami.” Begitu kata Jaryadi, pengamen tuna netra yang berada di sekitar Malioboro.

Bersama istrinya, Keryati (31), Jaryadi (27) menelusiri sepanjang jalan Malioboro dengan sebuah tongkat penuntun jalan dan kricikan di tangannya. Keryati pun membuntut dibelakang Jaryadi sambil meletakkan tangan kirinya di di pundak sang suami dan tangan kanannya memegang gelas plastik guna wadah uang pemberian para pengunjung.

Jaryadi dan Keryati adalah sepasang suami-istri yang sama-sama memiliki kekurangan dalam dirinya, yaitu tidak dapat melihat. Kekurangan inilah yang kemudian mereka jadikan sebagai alat untuk mengais rejeki. ”Sebenarnya saya tidak mau bekerja seperti ini, tapi ya apa boleh buat. Kondisi saya seperti ini. Mana ada orang yang mau mempekerjakan saya”, ungkap Jaryadi sambil tetap tersenyum.

Pasangan yang beda usia 4 tahun ini, sudah menggeluti pekerjaan sebagai pengamen malioboro semenjak 6 tahun silam. ”Awalnya kami menjajahkan hasil karya kami yang berupa pernak-pernik perempuan, tapi sepi pngunjung. Ya akhirnya kami coba ngadu nasib ke Jogja,” ujar perempuan asal Purworejo ini.

Setiap hari mereka rela menempuh rute perjalanan Purworejo – Jogja untuk mendapatkan uang, guna mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka, khususnya biaya sekolah putri semata wayangnya, Wahyu Diah Pangestu (9). Pria yang pandai bermain alat musik keyboard ini berharap, suatu kelak nanti anaknya dapat menjadi orang sukses dan tidak bernasib sama seperti kedua orangtuanya.

Begitulah kisah pengamen tuna netra yang mampu memperjuangkan hidupnya, bahkan hingga rela pergi ke luar kota yang ramai akan kendaraan yang sewaktu-waktu dapat membahayakan jiwa mereka. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat dan tekad mereka untuk mendapatkan hidup yang lebih baik, terutama memberikan yang terbaik bagi putri mereka. "Kami tetap semangat dengan segala keterbatasan yang kami punya," ucap mereka mengakhiri perbincangan sambil tersenyum tulus, senyum penuh keikhlasan.

Desti Triwahyuni

153070350

Minggu, 26 April 2009

MENAHAN LETIH DI USIA SENJA DEMI CUCU BISA SEKOLAH

"Simbah begini untuk nyangoni cucu sekolah, enggak ada yang biayaain cucuc nya, ibu nya sudah meninggal, ayah nya juga enggak ada, siapa lagi yang biayayain kalo bukan simbah " begitu kata mbah ngatinem, pengemis berusia 90 tahun di jalan malioboro.

Diusia yang telah senja, mbah ngatinem tetap berusaha mengumpul kan uang-uang receh pemberian dari wisatawan yang berkunjung ke malioboro. Fisik nya yang sudah retan tidak menciutkan nyali nya untiuk mencari uang dengan meminta-minta, karena di usia seperti ini hanya itu yang bisa ia lakukan.Semua demi cuccu nya bisa sekolah.

Mbah ngatinem yang tinggal di daerah belakang kampus universutas janabadra tersebut , ternyata berasal dari solo. Namun saat itu , rumah nya kebanjiran, seluruh harta bendanya hanyut, ia pun memutuskan hijrah ke jakarta bersama suami dan anak nya, namun beberapa tahun setelah nya sang suami meninggal dikarenakan sakit. Anak perempuan nya pun meninggal beberapa waktu lalu.enantu nya juga pergi entah kemana.Mbah ngatinem hanya tinggal bersama 2 orang cucu nya.

"Cucu simbah ada dua, yang satu permpuan umur 13 tahun,masih sekolah di SD Prambanan, satu lagi laki-laki umur nya 20 tahun, sekarang dirumah, kerja nya bertani seperti nanam-nanam sayur-sayuran di dekat rumah " ujar nya antusias di balik keadaan fisik nya yang terlihat letih.Ketika di tanya apakah mbah ngatinem senang dengan pekerjaan nya atau tidak, ia menuturkan bahwa ia senang melakukan pekerjaan seperti ini , karena bisa mendapat kan uang untuk memberi makan cucu nya.Agar tidak kelaparan saat mencari uang, mbah ngatinem tidak lupa membawa bekal dan air minum yang di bawa nya dari rumah dan di gendong dengan kain di tubuh nya.

Bu tuti (39) yang merupakan istri pelukis di jalan malioboro menuturkan, bahwa mbah ngatinem sudah beberapa tahun mencari nafkan disini. "Si mbah sudah 6 tahun disini . Setiap hari sekitar ja 10 an dia kemari, nanti siang sekitar ja 1 atau jam 2-an dia berjalan kearah selatan , biasanya sampai jam 5, lalu pulan" ujar wanita berjilbab tersebut.

Di akhir perbincangan, Mbah ngatinem menghaturkan doa-doanya bagi orang-orang yang rela dan ikhlas memberi nya sedikit uang receh yang bagi wanita ini sangat berarti bagi ia dan kedua cucu nya. "seoga yang memberi uang kepada simbah, tidak siasia amal nya. bagas, waras, akeh rezeki ne", tambah nya sembari tersenyum haru.

MINATI ARTA
153070326

Senin, 30 Maret 2009

Hardnews

THE RISING STAR : GERINDRA

Kampanye parpol yang sudah di mulai hampir sepekan terkhir (17/3) telah menunjukan euforianya. 40 lebih partai politik bersaing mengikuti pemilihan umum 2009. Salah satu yang cupup menarik perhatian yaitu partai Gerindra.

Dengan kampanye besar-besaran yang disebut-sebut mencapai 5 triliun rupiah,ditambah dengan orasi-orasi yang cukup menggugah sisi kemanusiaan,Gerindra yang di gawangi Prabowo Subiyanto melaju cepat dan cukup menarik perhatian masyarakat. ”Gerindra itu partai yang masi baru,tapi cukup menarik perhatian masyarakat dengan kampanye nya yang jor-jor an.dari yang saya liat kampanye nya di beberapa daerah, selalu mengundang artis-artis ibukota, seperti Duo maia,3 diva,dan masih banyak lagi”, ungkap Magdalena (19), Mahasiswa asal tasik Malaya tersebut.

“Saya rasa Gerindra bakal memberi kejutan dalam hasil pemilu nanti,saya memprediksi gerindra masuk lima besar” , ungkap gelap (19), Mahasiswa Hukum Universitas Gadjah Mada tersebut antusias. “ bisa di bilang Gerindra The rising star-lah untuk Pemilu tahun ini “ , tambah nya sembari tersenyum.

Soft news.

KAMPANYE GENCAR, REZEKI LANCAR

Perhelatan Pemilu 2009 yang dimulai sejak selasa (17/3) lalu rasanya kurang lengkap tampa adanya bendera, spanduk, kaos, pamflet, yang berbau parpol yang tengah bersaing. Euforia kampanye menyisakan rezeki bagi Rahmat (29), pengusaha sablon yang berdomisili di daerah jalan kaliurang, yoyakarta tersebut. Dirasakan nya, sejak sebelum kampanye dimulai, banyak orderan sablon yang berbau partai mampir ke usahanya yang dirintis sejak 5 tahun lalu itu.

“ alhamdulilah, pemilu tahun ini banyak orderan dari beberapa partai, mulai dari kaos,spanduk,bendera, bahkan istri saya pun sekarang sambilan buat coklat yang berlogo partai. yah, sangat membantu perkekonomian keluarga saya” ujar nya sembari tersenyum.

Hal yang sama juga menimpa, maleo sudana (26) yang mendirikan usaha rental mobil. ” Kalo masa kampanye gini, banyak pejabat-pejabat yang dateng kejogja sama rombongan nya, dan biasa nya rental mobil dalam jumlah banyak. Hampir sama kaya masa liburan.jadi penghasilan lumayan nambah lah” ujar lelaki yang akrab disapa leo tersebut.

Rahmat menambah kan, siapapun yang terpilih menjadi presiden kelak, di harapkan bisa memakmurkan masyarakat . “ saya bukan penganut fanatik partai-partai tertentu,tapi ya semoga aja, caleg-caleg dan presiden yang terpilih nanti gak Cuma omdo,

Alias omong doank”.tambah nya.

” kampanye gencar,rezeki saya juga lancar. Kalo gini jadi nya pengen pemilu terus” seloroh nya sembari tertawa.

MINATI ARTA

153070326

Kampanye PEMILU 2009 : Asal Lancar dan Damai

Yogyakarta - Indonesia akan segera memasuki babak baru. Pada bulan April 2009 ini akan diadakan pesta demokrasi. Pemimpin akan dipilih kembali melalui Pemilihan Umum yang diawali oleh pemilihan Calon Legislatif terlebih dahulu. Kampanye Pemilu sendiri telah dilaksanakan dari seminggu yang lalu. Di Kota Yogyakarta sendiri sudah mulai terlihat berbagi aktivitas kampanye dimana-mana. Beberapa lambang seperti atribut, bedera, spanduk hingga baliho berbau kampanye partai-partai sudah menjadi pemandangan biasa yang menghiasi jalan-jalan.

Beberapa kegiatan kampanye menjadi suatu daya tarik tersendiri di mata masyarakat. Dari mulai konvoi yang diarak ramai, hingga kegiatan musik yang diramaikan artis-artis menjadikan kampanye Pemilu bukan hanya sekedar sosialisasi partai dan calon, tapi juga sebagai ajang hiburan ditengah masyarakat.

Disuatu daerah sekitar jalan Kusumanegara, Yogyakarta, baru-baru ini diadakan kampanye berupa pagelaran musik yang diramaikan artis dangdut ibukota. Masyarakat dari segala sudut sekitar wilayah itu datang berbondong-bondong menikmati acara yang diselenggarakan oleh salah satu partai besar ini. Masyarakat asyik bergoyang menikmati setiap lagu-lagu yang dinyanyikan para penyanyi tersebut sambil sesekali meneriakan partai terrsebut.

Kondisi seperti ini memang cukup baik dilihat. Setidaknya, kampanye kali ini dapat berjalan dengan lancar, aman dan damai. Masyarakat dapat menyatu dengan tokoh-tokoh, dalam acara-acara umum seperti ini. Namun tidak menutup kemungkinan juga, ada beberapa oknum yang menyalahgunakannya.


Magdalena W Siahaan
(153070335)

Seminar Jurnalisme Infotainment UPN’Veteran’mengundang banyak fakta

YOGYA : Seminar bertema "Jurnalisme Infotainment, berita ataukah hiburan semata?", yang diselenggarakan UPN"Veteran"Yogyakarta, di kampus II UPN, Selasa (10/3). Seminar dengan pembicara Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja Ph.D (ketua KPI Pusat), Erika Andriani (ex Produser pelaksana Silet RCTI), Roldy Doi (Coorporate Communication TV One) dengan moderator Bapak Agung Wibawa (Dosen UPN). Dalam seminar ini para pembicara menaggapi dengan pro dan kontra dengan tema yang diangkat. Menurut Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, beliau megatakan bahwa tayangan infotainment lebih bersifat sensasional dan kurang mendidik, dan Erika Andriani selaku ex produser dari tayangan infotainment Silet menanggapi bahwa tidak semua tayangan Infotainment bersifat sensasional tetapi terdapat juga unsur human interest dan public interest seperti tayangan-tayangan reality show. Hal tersebut juga ditanggapi oleh Roldy Doi selaku coorporate TV One yang mengatakan bahwa tayangan infotainment bisa dikatakan sebagai media sensasional tetapi juga bisa menjadi media yang mendidik karena di dalam tayangan infotainment terdapat unsur pemberitaan yang berdasarkan fakta dari narasumber.

Dian Retno Isworo
153070352

Atribut Semrawut, Warga Bantul Mengkerut

BANTUL : Masih banyak partai politik dan calon anggota legislatif (caleg) di Bantul yang melakukan pelanggaran berupa pemasangan alat peraga atau tanda gambar, yaitu dipasangkan melintang di ruas jalan, di tempat iabdah, di tempat pendidikan dan di tempat larangan lainnya seperti tempat yang dapat mengganggu kelancaran lalu-lintas.
Menurut Sekretaris KPU Bantul Nurdin Latief, pemasangan tanda gambar atau alat peraga yang ada di daerah larangan, harus diturunkan. Untuk itu pihaknya telah mengirim surat teguran kepada pengurus partai masing-masing untuk segera melepas tanda gambar partai masing-masing yang dipasang di tempat yang dilarang.

Dian Retno Isworo
153070352

Minggu, 29 Maret 2009

Hard News & Soft News

Hard News
Pembukaan Kampanye, Mandala Krida - Jalan Kenari dipenuhi Pendukung PKS

Jogja - Selasa (17/03), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengadakan kampanye perdananya di Mandala Krida. Hal inilah yang kemudian membuat Mandala Krida hingga jalan Kenari penuh dengan kendaraan yang parkir di tepi jalan, sehingga kemacetan sepanjang 500 meter pun tak dapat dihindarkan. Acara yang diawali dengan onthelan bersama ketua PKS Hidayat Nurwahid, berujung di Mandala Krida. Tak tanggung-tanggung, band kelas atas seperti Gigi, pelawak Tarzan, dll turut memeriahkan suasana kampanye. Menurut Hadi (30) selaku panitia penyelenggara, tujuan utama mengundang band papan atas adalah untuk menarik perhatian masyarakat dan juga sebagai hiburan agar para simpatisan tidak merasa jenuh saat pembacaan visi dan misi. Sedangkan menurut pengunjung, Atik (42), ia datang ke acara PKS sekedar ikut-ikutan tetangganya yang ingin melihat aksi panggung band Gigi bukan untuk mendengarkan visi dan misi PKS.


Soft News
Kampanye PKS Membawa Berkah Bagi PKL

Jogja (17/03) - Berkat acara yang diadakan PKS pada pembukaan kampanye, pedagang kaki lima (PKL) yang berada di jalan kenari meraup keuntungan berlipat. Pasalnya hanya ialah satu-satunya pedagang yang berjualan di sekitar sana. Warung kecil milik Agus (40) ini berada tepat di depan area parkir mobil dan bus. Sehingga banyak pengunjung yang membeli dagangannya. Menurut pak Agus, dagangan yang paling laku terjual adalah dagangan sejenis air mineral, permen, dan makanan ringan. "Akan tetapi ada juga pengunjung yang mebeli koran, katanya sih bisa dipakai buat kipas-kipas kalau kepanasan," ujar pak Agus.

Desti Triwahyuni
153070350

Selasa, 17 Maret 2009

Jurnalisme Program Infotainment : Berita atau Hiburan Semata?

Babarsari - Pada hari Selasa,10/03, bertempat di Kampus II UPN Veteran Yogyakarta, diselenggarakan Talkshow Jurnalistik bertemakan "Jurnalisme Infotainment, berita ataukah hiburan semata?". Talkshow ini diisi oleh pembicara yakni merupakan praktisi yang berkaitan dibidangnya, yaitu Prof. S. Djarsa Ph. D selaku Ketua KPI Pusat, Raldy Doy selaku Corporate Communication TV One, dan Erika Andriarini selaku ex Produser Pelaksana Silet yang sekarang bekerja di Ada Gosip SCTV.

Talkshow yang berdurasi kurang lebih selama 3 jam dari pukul 10.00-13.00 WIB itu membahas mengenai dampak pemberitaan ifnotainment dimana-mana. Topik ini yang diketahui ternyata merupakan topik pilihan mahasiswa Komunikasi UPN Veteran Yogyakarta, bersumber sebagai akibat dari menjamurnya berbagai tayangan gosip di televisi. Talkshow yang diadakan sebagai rangkaian acara dari Communication Freak UPN Veteran Yogyakarta ini cukup diminati peserta yang sebagian adalah mahasiswa UPN sendiri.

Bapak Sasa memiliki pendapat bahwa apabila dikaitkan dengan kaidah-kaidah "jurnalisme", infotainment termasuk dalam kategori "yellow journalism". Lebih tepatnya , beliau menegaskan bahwa infotainment berada ditengah-tengah, bahkan cenderung "low taste", tidak ada unsur yang dapat mencerdaskan pemirsa yang menyaksikannya. Sedangkan Erika sendiri, sebagai orang yang telah terjun langsung ke lapangan berpendapat bahwa infotainment bukan sekedar hiburan, namun di dalamnya juga terdapat informasi yang sebetuknya dapat mencerdaskan pemirsa juga, tentunya apabila pengemasan dan konten acaranya sesuai dengan kaidah-kaidah jurnalisme. Disamping itu, ibu muda ini mencetuskan bahwa segala tantangan dan perjuanagna dari proses peliputan hingga pengeksposan berita, infotainment tidak bisa dianggap remeh begitu saja. Dari sudut pandang Raldy Doy sendiri, proses produksi suatu acara juga dapat mempoengaruhi kualitas acara tersebut.

Acara Talkshow ini cukup menimbulkan berbagai silang pendapat, ditambah bermunculannya pertanyaan-pertanyaan dari beberapa mahasiswa sebagai wujud atensi. Namun dengan kehadiran narasumber-narasumber yang memang merupakan ahli dibidangnya, serta moderator yakni dosen Ilmu Komunikasi sendiri, membuat acara ini dapat ditutup dengan kesimpulan yang tentunya bisa diterima oleh setiap pihak.


Magdalena W Siahaan
(153070335)

Selasa, 10 Maret 2009

Communication Freak

Kembangkan Pengetahuan Jurnalisme Mahasiswa

Babarsari - Talkshow jurnalisme infotainment yang diadakan di ruang seminar kampus II UPN "Veteran" Yogyakarta, pada hari selasa 10/03/09, menarik perhatian para mahasiswa khususnya mahasiswa ilmu komunikasi yang akan mengambil konsentrasi jurnalistik. Talkshow yang mengangkat tema "Jurnalisme Infotainment, berita ataukah hiburan semata?" ini dimeriahkan oleh Sasa Djuarsa selaku Ketua KPI Pusat, Raldy Doy selaku Corporate Communication TV One, dan Erika Andriarini selaku ex Produser Pelaksana Silet yang sekarang bekerja di Ada Gosip SCTV.

Talkshow yang merupakan serangkaian acara dari Communication Freak, ditujukan kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dalam bidang jurnalistik. Dalam talkshow, dibahas mengenai dampak negatif dari infotainment yang dilontarkan oleh bapak Sasa Djuarsa serta pembelaan-pembelaan dari Erika. Menurut bapak Sasa Djuarsa, infotainment dapat membodohkan masyarakat. Sedangkan Erika sendiri berpendapat bahwa infotainment dapat mencerdaskan masyarakat apabila dikemas dengan baik.


Talkshow dimulai pada pukul 10.00 WIB, mendapat respon yang besar dari para mahasiswa. Hal ini ditunjukan oleh banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Talkshow berakhir pada pukul 13.30, diakhiri dengan game seru yang diadakan oleh panitia.

Desti Triwahyuni
153070350

Senin, 23 Februari 2009

Handphone Sang Mahasiswi Telah Kembali

Kawasan Babarsari di daerah Timur kota Yogyakarta merupakan kawasan yang ramai sekarang ini. Sebagai Kota Pelajar, wilayah Babarsari juga terkena dampaknya. dapat dilihat dari berdirinya gedung-gedung perkuliahan, dan seperti yang kita ketahui, pada saat ini terdapat beberapa PTS yang berlokasi di Babarsari, salah satunya UPN Veteran Yogyakarta.

Di pojok jalan Babarsari, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN Veteran Yogyakarta berada. Berbicara mengenai kampus ini, beberapa bulan yang lalu, salah seorang mahasiswi mengalami suatu kejadian yang mungkin dapat dikatakan sebagai musibah. Ketika hendak memasuki kelas, sang mahasiswi tersebut yang dikenal bernama Ella (19), tak sengaja menaruh telepon genggamnya dengan sembarang di kursi depan kelas. Dia sejenak bercerita dengan teman-temannya, selang beberapa menit, dosen yang ditunggu telah datang, namun ketika Ella akan mengambil handphonenya, benda itu telah raib entah kemana. Kontan sang mahasiswi itu panik. Segera dia melapor kepada dosennya. Namun tiada perkembangan dan karena kejadiannya begitu cepat dan akibat keteledoran si korban juga.

Selang beberapa bulan, tepatnya minggu lalu, yaitu pada Hari Jumat tanggal 20 Februari 2009, Ella dan beberapa temannya bertemu pria yang tak dikenal di sekitar kampus. Yang menarik perhatian Ella adalah handphone yang sedang digenggam pria itu. Telepon genggam itu sama persis dengan miliknya yang telah hilang beberapa bulan yang lalu.

Karena penasaran, Ella mendatangi pria tersebut didampingi teman-temannya. Setelah berbincang sebentar, Ella semakin yakin karena dalam ponsel tersebut masih tersimpan foto-foto pribadinya. Awalnya, pria tersebut masih mengelak, namun Ella pun tetap bersikukuh handphone itu miliknya. Untuk menambah bukti, Ella segera pulang ke kostnya untuk mengambil dus suapay no Imei yang tertera dalam dus dan handphone dapat dicocokkan. Dan ternyata nasib memang telah berpihak pada Ella, pria tak dikenal itu pun bersedia mengembalikan handphone itu, karena bukti-bukti pun sudah jelas.

Sang mahasiswi terlihat sangat bersyukur sekali, bahkan dia pun tidak berniat untuk memperpanjang kasusnya. "Handphoneku kembali, aku udah cukup bersyukur kok." ujarnya. Ya, Ella benar, bagi mahasiswa di zaman sekarang, betapa berharganya peran ponsel di kehidupan sehari-hari, apalagi jika benda tersebut memiliki fasilitas lengkap seperti miliknya, membeli gantinya pun harus berpikir dua kali. Mengingat betapa berharganya, alangkah baiknya mahasiswa lainnya lebih berhati-hati lagi terhadap benda milik pribadi, meskipun kita berada di lokasi yang kita pikir aman, namun hal yang tak diduga tetap ada kemungkinan terjadi.




Magdalena W Siahaan
(153070335)

Lahan Empuk Untuk Meraup Keuntungan Babarsari

Babarsari, merupakan salah satu kawasan yang banyak terdapat universitas yang tentunya banyak anak-anak dari luar kota Yogyakarta berdatangan untuk menimba ilmu. Hal ini mejadikan peluang untuk mengais rejeki bagi orang yang memang berdomisili di Babarsari atau memang ingin meraup keuntungan didaerah Babarsari yang sangat mengiurkan.

Saat ini banyak sekali usaha yang memang sasaran konsumennya adalah mahasiswa yaitu laundry dan kos-kosan. Para pengelola usaha laundry pun menyatakan bahwa keuntungan dari usaha ini lumanyan memuaskan dan mejadikan usaha ini bak jamur pada musim hujan. Kos-kosan merupakan usaha yang menguntungkan akan tetapi banyak sekali yang tidak ada induk semangnya yang membuat citra kos-kosan tersebut kurang baik. Banyak ditemukan kos-kosan yang ketat malah jarang dilirik oleh para mahasiswa karena menurut mereka tidak bebas dan banyak aturan.

Disekitar daerah babarsari banyak sekali terdapat usaha yang dianggap menguntungkan ini. Terutama dalam usaha laundry ada keunggulan masing-masing pada setiap usaha laundry antara lain ada yang menyediakan fasilitas antar jemput, terima cuci kilat, tidak mencampur cucian orang yang berbeda, tidak menjemur dibawah terik matahari langsung dan lain-lain yang bisa menjadi keunggulan mereka. Sedangkan untuk usaha kos-kosan juga banyak keunggulan yang memang ada yang kurang baik.

Diah Pita Sari
153070319

Kecelakaan Sepeda Motor

Pengendara Masih dibawah Umur

Akibat belum cukup umur dan belum terlalu mahir mengendarai sepeda motor, nasib sial dialami Bayu Dwi Atmoko (12), warga Tambakbayan, Sleman. Minggu (22/02) pagi, anak itu menabrak sepeda motor Suzuki Smash di jalan Babarsari depan POM bensin. Saat itu Bayu ingin menyalip motor dari arah kanan, namun naas – dari arah berlawanan muncul sebuah mobil dan kecelakaan pun tak dapat dihindari. Ia menabrak motor Suzuki Smash yang ada di depannya untuk menghindari tabrakan dengan mobil. Tak ada korban jiwa dalam keclakaan ini.

Kepada saya, Bayu menjelaskan, pagi itu ia ingin main ke rumah temannya di daerah selokan Mataram. Karena jarak antara rumahnya dengan rumah temannya dekat, ia nekad membawa motor yang sedang menganggur tanpa sepengetahuan orangtuanya. Kasus kecelakaan ini diselesaikan secara kekeluargaan, tanpa campur tangan pihak kepolisian.

Desti Triwahyuni
153070350

Angkringan Pojok Kampus II UPN Alternatif Kuliner Yang Digemari Semua Kalangan

Bertahan Dari Terpaan Krisis


Salah satu usaha yang berkibar meski diterpa badai krisis, baik krisis moneter maupun krisis global saat ini adalah adanya angkringan atau tempat yang menyediakan makanan beserta minuman tertentu dan harganya yang sangat terjangkau.


Seperti yang dilakukan bapak angkringan pojok kampus II UPN Babarsari Yogyakarta yang sudah cukup lama mencari nafkah dengan usaha angkringan. “Bahan baku untuk membuat berbagai makanan dan minuman yang akan saya buat mudah didapat, seperti beras. Gula, jahe, sayuran, dll, sehingga tidak sulit mendapatkannya.” Ujar bapak si penjual angkringan.


Menurutnya, peminat jajanan dari angkringannya cukup banyak, terutama mahasiswa dan mahasiswi UPN, bahkan ada juga dosen yang menikmati jajanan dari angkringan. Selain harga yang ditawarkan sangat terjangkau bagi kalangan mahasiswa yang banyak berasal dari luar jawa, ataupun orang-orang sekitar. Angkringan kampus II pojok UPN menjadi alternative jika sedang bersantai atau makan siang terutama bagi mahasiswa UPN. Modal awal yang tidak terlalu banyak, dan bahan baku yang mudah didapat, menjadi pilihan yang tepat untuk menekuni usaha ini. Dari situ keuntungan yang didapat juga cukup banyak. Usaha ini bias juga menjadi alternative untuk bangkit dari krisis global yang sedang melanda.

Dian Retno Isworo
153070352




INDONESIA KECIL DI BABARSARI

BABARSARI, merupakan salah satu daerah terpadat di kota Yogyakarta, di karenakan banyak terdapat kampus-kampus yang cukup mempunyai nama. Babarsari juga dapat dikatakan "miniatur Indonesia", dikarenakan,orang-orang yang bertempat tinggal disini yang notabene adalah mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah memadati wilayah ini.suku-suku dari Sabang sampai Merauke dapat kita lihat di Babarsari.Dirunut dari utara Babarsari , kita bisa melihat etnis atau masyarakat dari daerah timur Indonesia yang banyak menuntut ilmu di UNIVERSITAS PROKLAMASI '45 dan STTNAS, etnis tiong hoa banyak kita lihat di UNIVERSITAS ATMAJAYA,etnis dari berbagai suku di indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke di UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" dan universitas-universitas kecil lain nya.
Tidak hanya itu, bila di lihat lebih ke utara lagi, masi banyak kampus-kampus ternama yang terdapat di daerah sekitar babarsari, misal nya YKPN,UII,SANATA DHARMA,AMIKOM, dan lain-lain. hal ini semakin menyemarakan daerah tersebut.
kemajemukan masyarakat nya membuat daerah ini juga beragam akan masakan-masakan dari berbagai daerah,banyak tempat makan yang menjual masakan khas daerah-daerah lain.sehingga membuat Babarsari menjadi salah satu daerah kunjungan kuliner bagi mahasiswa-mahasiswa maupun masyarakat jogja yang ingin mencoba makanan di sini,ataupun hanya sekedar hang out.




MINATI ARTA
153070326